PROPOSAL PEMBANGUNAN SMP IT DARUL FIKRI

PROPOSAL PEMBANGUNAN UNIT SEKOLAH BARU

SMP ISLAM TERPADU (SMP IT) DARUL FIKRI

KOTA TANJUNGBALAI

  Pendahuluan

Yayasan Perguruan Islam Terpadu Tarbiyatul Aulad (YPIT TA) Darul Fikri Kota Tanjungbalai merupakan lembaga pendidikan yang berkomitmen menyelengarakan pendidikan yang berkualitas dan Islami. Sejak berdiri pada tahun 2007 dengan akte notaris May Susan Meliala,S.H,M.Kn Nomor 100/2007 YPIT TA Darul Fikri telah mengelola beberapa lembaga pendidikan antara lain: PAUD Darul Fikri, RA Darul Fikri, SD IT Darul Fikri, Bimbingan Belajar Darul Fikri ke depan berencana akan membuka unit baru yaitu SMP IT Darul Fikri.

Diantara ciri khas pendidikan yang diselenggarakan oleh unit sekolah Darul Darul Fikri adalah memadukan kurikulum nasional dengan muatan-muatan keislaman. Sehingga ke depan diharapkan akan lahir generasi baru yang cerdas dan berprestasi disatu sisi kemudian berkepribadian sholeh di sisi yang lain.

  Visi dan Misi YPIT TA Darul Fikri Visi         :

Melahirkan insan yang berkpribadian sholeh, cerdas, kreatif, dan mandiri.

Misi        :

  • Melakukan pembinaan kepada setiap komponen yayasan agar mampu bekerja secara professional
  • Menuju sistem manajemen yang baik
  • Mewujudkan sistem pendidikan / pembinaan SDM yang transformatif dan aplikatif
  • Memberdayakan peran semua elemen yayasan dan pihak stakeholder pendidikan dalam rangka melakukan program-program peningkatan kualitas SDM
  • Menjalin kerjasama pengembangan program pendidikan
  • Mengupayakan usaha-usaha yang dapat meningkatkan kesejahteraan setiap elemen di bawah naungan yayasan

Tujuan Pembangungan SMP IT Darul Fikri

  • Untuk memajukan pendidikan Indonesia khususnya di kota Tanjungbalai
  • Melahirkan SMP dengan konsep pengelolaan Islam Terpadu.
  • Menjadi sekolah lanjutan alumni SD IT Darul Fikri dan SD lainnya di kota Tanjungbalai.

Lokasi Lahan

Pembangungan SMP IT Darul Fikri direncanakan di Jl.Alteri Kelurahan SIrantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjungbalai.

  Anggaran Pembangunan

Anggaran pembangunan tahap awal SMP IT Darul Fikri sebesar Rp.1.597.000.000,00 (Satu Miliar Lima Ratus Sembilan Puluh Tujuh Juta Rupiah)

  Rekening Yayasan

Donasi dapat dikirimkan melalui rekening yayasan

  • Bank Muamalat

253.000.2979 An.YPIT TARBIYATUL AULAD DARUL FIKRI

  • Bank Sumut

330.02.04.021417-9 An.YPIT TARBIYATUL AULAD DARUL FIKRI

  Kontak YPIT TA Darul Fikri kota Tanjungbalai

  • Hermansyah Siregar (Ketua Yayasan) 0852 9615 4474
  • Sukri Daud (Sekretaris Yayasan) 0823 6737 5470
  • Fadlan Sinaga (Bendahara Yayasan) 0813 7545 8779
  • Agus Surianto (Ketua Panitia Pembangunan) 0811 6230 300
  • Masbudi Pajaitan (Pegawai Yayasan) 0878 1889 9293

Susunan Pengurus YPIT TA Darul Fikri kota Tanjungbalai

  • Dewan Pembina

Ketua : Afrizal Zulkarnain,S.Ag Anggota : dr. Surya Hadi Syahputra Rudianto Simangunsong,S.Pd.I

  • Dewan Pengawas

Ketua : Zainal Abidin,S.Pd Anggota : Selamat Abadi

  • Dewan Pengurus

Ketua : Hermansyah Siregar,S.Pd Sekretaris : Sukri Daud,S.Pd Bendahara : Fadlan Sinaga,S.Pd Bidang Pendidikan : Roslinda,S.Pd Bidang Personalia : Darujiah Astuti Sinaga,S.Ag Bidang Humas : Ahmad Nur Ramadansyah M,S.Pd Bidang Wira Usaha : Agus Surianto,SE Bidang Pembangunan : M.Amin Pulungan

 

Penutup

Demikian proposal pembangunan SMP IT ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Tanjungbalai, 21 Februari 2014

Ketua Yayasan

Hermansyah Siregar,S.Pd

27 Orang Siswa SMA N 1 Tanjungbalai Lulus SNMPTN 2013

Selamat dan Sukses

Atas keberhasilan siswa SMA Negeri 1 Tanjungbalai dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN) 2013.

No

Nama

Jurusan

Perguruan Tinggi

1

Afdil Afriandy Ilmu Hukum USU

2

Afni Irwahyuni Sastra Indonesia USU

3

Ahmad Arif Ritongan Manajemen Sumber Daya Perairan USU

4

Bella Negrini Psikologi USU

5

Devi Jessica Naibaho Ilmu Administrasi Negara USU

6

Erlin AF Ida Utami Ilmu Administrasi Negara USU

7

Lestari Febrianty Ilmu Perpustakaan USU

8

Miya Andina Ilmu Komunikasi USU

9

M. Reza Wahyudi Teknik Mesin USU

10

Muhammad Helmi Sastra Inggris USU

11

Muhammad Reza Sastra Inggris USU

12

Ridwan Sayuti Teknik Industri USU

13

Rieska Wulandari S Teknik Kimia USU

14

Sartika Pane Teknik Elektro USU

15

Syuhada Agung Ilmu Perpustakaan USU

16

Tiya Maulindrianti Matematika USU

17

Akhyani Nasution Pendidikan Fisika UNIMED

18

Al-Aswad Panjaitan PJKR UNIMED

19

Fitra Audina Pend. Bahasa, Sastra Indonesia UNIMED

20

Rara Sintia Lubis Pendidikan Guru Sekolah Dasar UNIMED

21

Yoko Pramono SENDRATASIK UNIMED

22

Agung Pratama N Ilmu Hukum UGM

23

Fernando Joel S Agribisnis UNIBRAW

24

Parulian Hutahean Budidaya Perairan UNIBRAW

25

Ilham Manurung Ilmu Administrasi Negara UNHALU

26

M.Rafif Manurung Teknik Industri UNIMAL

27

Muhammad Ari T Statistik IPB

Taman Penitian Anak MKD Tanjungbalai

Taman Penitian Anak MKD Tanjungbalai

Taman Penitian Anak (TPA) Muslim Kids Daycare (MKD) merupakan sebuah lembaga yang memberikan jasa kepada para bunda untuk menitipakan buah hatinya sehingga tetap beraktifitas di luar rumah. Lembaga ini  berpusat di kota Medan kini hadir di kota Tanjungbalai.

TPA MKD Tanjungbalai akan berupaya memberikan hak-hak anak seperti mendapatkan perawatan, bermain cerdas, mengenal lebih dekat lingkungan sekitar dengan kurikulum yang disesuaikan dengan usia anak dan mengajarkan nilai-nilai Islam sebagai bekal pembelajaran awal bagi anak.

TPA MKD Tanjungbalai berlokasi di daerah yang nyaman, tenang, dan mudah dijangkau. Untuk mendukung berbagai program yang ada, TPA MKD Tanjungbalai dilengkapi sejumlah fasilitas yang dibutuhkan.

Program TPA MKD Tanjungbalai

Pengenalan Al – Qur’an

Kegiatan untuk motorik kasar dan halus

Membacakan cerita

Program Kreatifitas

Bermain Ceria

Mengenal Alam

AudioVisual

Fasilitas TPA MKD Tanjungbalai

Ruang tidur

Mainan

Audiovisual

Ruang makan

Mandi bola

Kamar mandi

Rincian Biaya:

Biaya Pendaftaran Rp.25.000,-

Biaya  Jasa Penitipan perbulan Rp.300.000,-

Biaya Jasa penitipan perhari Rp.15.000,-

Biaya Penitipan perjam Rp. 3.000,-

Syarat – syarat bergabung:

  1. Mengisi formulir pendaftaran
  2. Foto Copy KTP Ayah dan Ibu
  3. Foto Copy akte kelahiran anak
  4. Membayar uang pendaftaran (berlaku untuk setahun)
  5. Membayar jasa penitipan di awal bulan
  6. Foto Close Up anak

Usia anak yang diterima: bayi usia 2 bulan hingga 4 tahun

Buka :

Senin – Sabtu

Pukul : 07.00 – 16.00 WIB

Anak Usia 4 bulan hingga 4 tahun

Lokasi ditempat yang nyaman, tenang dan aman

Jl. Cendrawasih No.10 Tanjungbalai (Selat Lancang)

Manajer

Endang Hayani Lubis,S.Pd

HP. 0853 7342 9347

Sekilas Perjalanan Temwil Sumbagut MITI Mahasiswa

Sekilas Perjalanan Temwil Sumbagut MITI Mahasiswa

Kegiatan Temu Wilayah (Temwil) merupakan agenda tahunan MITI Mahasiswa di berbagai wilayah, termasuk Wilayah Sumatera Bagian Utara (Sumbagut). Pada awalnya wilayah Sumbagut masih bergabung dengan wilayah Sumbagsel, waktu itu disatukan menjadi wilayah Sumatera. Seiring dengan perkembangan MITI Mahasiswa, maka sejak tahun 2011 wilayah Sumatera dibagi menjadi dua, Sumbagut dan Sumbagsel.

Temwil yang pertama dilaksanakan di wilayah ini adalah pada tahun 2008 di Univertas Andalas (Unand) Padang. Kemudian Temwil berikutnya tahun 2009 direncanakan dilaksanakan di Universitas Riau (UNRI) Pekanbaru, namun kegiatan ini kemudian batal karena sesuatu hal. Selanjutnya pada tahun 2010 kegiatan Temwil dilaksanakan di Universitas Jambi (Unja). Kegiatan Temwil di Jambi ini merupakan Temwil terakhir untuk wilayah Sumatera, untuk Temwil berikutnya sudah dipisah antara Sumbagut dan Sumbagsel. Untuk Temwil Sumbagut di tahun 2011 dilaksanakan di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Tahun 2012 ini direncanakan Temwil Sumbagut akan dilaksanakan di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh.

Kegiatan Temwil merupakan kegiatan Temu IPTEK dari sejumlah kampus mitra MITI Mahasiswa. Biasanya diisi dengan serangkaian acara, seperti Seminar, diskusi pengembangan IPTEK di kalangan mahasiswa, pameran IPTEK, Lomba menulis karya ilmiah dan lain-lain. Tentu kegiatan ini diharapkan akan menstimulus kampus-kampus mitra MITI Mahasiswa menjadi lebih bersemangat untuk terus berkontribusi demi kemajuan bangsa lewat pemberdayaan IPTEK.

Semoga Temwil Sumbagut 2012 yang akan digelar di Unsyiah akan berjalan dengan sukses.

Salam Kontributif dan Inovatif

Oleh Herman Siregar

Staf Ahli Korwil Sumatera MITI Mahasiswa tahun 2010

Korwil Sumbagut MITI Mahasiswa tahun 2011

 

 

 

Foto Kenangan Bersama MITI Mahasiswa

Berikut ini merupakan sebagian foto-foto kenangan saya ketika diamanahkan menjadi pengurus MITI – Mahasiswa (2010 staf ahli korwil Sumatera dan 2011 korwil Sumatera Bagian Utara). Kebersamaan bersama MITI – Mahasiswa telah mengajari saya agar menjadi generasi muda yang inovatif dan kontributif.

Oleh. Herman Siregar

Temu Wilayah Sumatera di Jambi tahun 2010

Bersama PH dan Korwil 2011 di Bandung

Temu Wilayah Sumatera Bagian Utara di Medan tahun 2011

Inspiring People of MITI

Inspiring People of MITI

Milad ke-8
Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia

Sebagai organisasi yang berdedikasi dalam membangun Indonesia baru yang tangguh dan mandiri melalui Iptek, MITI selalu mendukung munculnya ilmuwan dan teknolog yang memiliki semangat berkarya dan berkontribusi melalui bidang ilmunya.
Inilah profil 3 ilmuwan kebanggaan Indonesia

Kharuddin Djenod

Kaharuddin Djenod Daeng Manyambeang, lahir di Surabaya pada 14 Maret 1971.
Saat ditanya guru SD tentang cita-citanya, ia menjawab, “ingin membuat kapal”.
Sempat masuk ke UNHAS, lalu ITB, ternyata tempat kuliah terbaik untuknya bukanlah di dua tempat tersebut, melainkan di … jurusan perkapalan Nagasaki University Jepang, dengan beasiswa dari BPPT.
Impianya semakin dekat dengan kenyataan. Namun, setelah lulus S1 Kaharuddin merasa belum bisa membuat kapal.
Usai S2, ia belum juga bisa membuat kapal. Keputusannya membuat Kaharuddin melanjutkan studi di Hiroshima University.
Akhirnya Kaharuddin melanjutkan kuliah di Hiroshima University jurusan perkapalan, masih dengan beasiswa.
Namun lagi-lagi pukulan berat menghantamnya. Tahun 1997 sang ayah yang begitu ia cintai, meninggal dunia.
Kaharuddin merasa hidupnya berada di titik nadir yang paling bawah. Ia sempat kehilangan semangat untuk kuliah. Namu, lagi-lagi, perempuan berhati baja, sang ibu memompa semangatnya lagi.
Titi terang mulai muncul. Tahun kedua S3 ia mendapat beasiswa. Kaharuddin pun mati-matian untuk bisa membuat kapal. Dan berhasil …
Ia berhasil membuat sistem optimasi desain kapal untuk kapal container. Desain ini lalu ia patenkan dan Jepang tertarik untuk mengadopsi sistem ini.
Kaharuddin pun direkrut untuk bekerja di sebuah perusahaan galangan kapal ternama di Jepang dengan gaji cukup besar.
Namun lagi-lagi hati kecilnya berkata, ia harus kembali ke Indonesia. Bermodal tabungan dari gajinya, ia lalu mendirikan perusahaan desain kapal yang kini berkembang cukup pesat, PT Terafulk Megantara Design.
Saat ini TERAFULK telah memiliki lima anak perusahaan yaitu Terafulk Megantara Design, Terafulk Global Biz, Tera Media, Terafulk Engineering, Terafulk Hydrocraft Indonesia, dan Tunas Terafulk Lines.
Terafulk:
– Mendesain 350 kapal
– Rata-rata 70 proyek pertahun
– Order desain kapal 25-30 unit per tahun
Terafulk Megantara Design yang didirikan Kaharuddin Djenod ini merupakan tonggak sejarah bagi industri perkapalan di Indonesia.
Keberhasilan Kahar yang begitu luar biasa semua tak terlepas dari semangat dan keikhlasannya dalam menjalani hidup. Selain itu dorongan semangat dari sang Ibu, ibarat mortir yang siap meledakkan mimpi-mimpinya menjadi kenyataan.
“Seseorang perlu punya ambisi besar untuk sesuatu yang dianggap bermanfaat. Bermohonlah pada Allah dan janganlah berputus asa”. (Kaharuddin Djenod)

Eko Fajar Nurprasetyo

lahir di Jakarta, 26 September 1971. Menempuh SD, SMP, SMA di Depok Jawa Barat. Sejak kecil Eko memiliki rasa ingin tahu yang kuat pada dunia sains dan teknologi, khususnya di bidang permesinan dan elektronika.
Tahun 1990 kuliah S1 di Teknik Informatika ITB. Tahun 1991 mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Jepang. S2 dan S3 ditempuhnya di universitas yang sama di Jepang.
Setelah menyelesaikan pendidikan S3-nya, Eko direkrut sebagai peneliti di perusahaan Sony LSI, Jepang. Karirnya di Sony LSI menanjak cepat. Pada tahun 2003 Eko dipromosikan menjadi senior scientist. Setahun kemudian menjadi distinguished engineer.
Pada tahun 2006 eko sekeluarga mengambil keputusan besar, yaitu kembali ke Indonesia. Keputusan tersebut ketika karier Eko sedang melesat.
Pihak Sony LSI pun berusaha menahan Eko untuk tidak pergi, namun tekad beliau sudah bulat, yaitu kembali ke Indonesia untuk berkontribusi memajukan teknologi bangsa sendiri.
Sesampainya di tanah air, Eko mendirikan Versatile Silicon Technologies sebagai IC Design House pertama di Indonesia dan menjabat sebagai CEO.
Pada tahun 2008, Eko bergabung dengan PT Xirka, perusahaan satu-satunya di Asia Tenggara yang mendesain chip untuk WBA/Wimax. Pilihan desain chip sudah berhasil diciptakan.
Eko berencana membuat pabrikasi chip di Depok, dengan harapan kelak Indonesia dapat menjadi produsen chipset yang dapat bersaing dengan Negara maju lainnya.
Atas kerja keras dan prestasinya berinovasi dalam teknologi untuk memajukan Indonesia, Eko Fajar Prasetyo mendapatkan penghargaan BJHTA (B J Habibie Technology Award) pada tahun 2010.

Warsito Purwo Taruno

Ia lahir di Solo pada 16 Mei 1967. Sebagai anak desa di lereng Gunung Lawu, ia menjalani hidup ala kadarnya. Ia habiskan masa kecil bergumul dengan sawah dan ternak.
Kemampuan intelektualitas ditempa karena dia gemar membaca buku. “Saya meminjam buku apa saja yang bisa saya pinjam dan baca. Saya membacanya dimana saja, bisa di sawah, lading, sungai.”
Gagal kuliah di UGM karena kendala biaya, Warsito mendaftar beasiswa. Ia mendapat beasiswa di Universitas Shizuoka, Jepang, 1987. Beasiswa tersebut mengantarnya meraih gelar tertinggi akademi (S3) pada 1997.
Pada tahun 1999, dia hijrah ke Amerika Serikat. Berbekal riset tentang tomografi, dia menjadi satu dari 15 peneliti papan atas dunia di Industrial Research Consortium, Ohio State University.
Kecintaanya pada Indonesia membuatnya pulang ke tanah air. Membesarkan CTECH Lab yang dibangunnya di ruko kecil di Tangerang. Cita-citanya “membangun institusi riset yang tidak kalah dengan institusi riset mana pun di dunia, dan itu di Indonesia”.
Sosok pantang menyerah ini pernah nyaris gila saat komputer kerjanya hangus terbakar disambar petir. Di komputer itu hasil riset belasan tahun hilang tak berjejak.
Hampir sepekan dia berdiam diri di kamar. Mimpinya seperti kandas. Musibah itu memaksanya kembali membongkar arsip, dan catatan riset. Satu tim ahli dibentuknya membantu kerja besar itu.
Pada 2004, riset itu selesai. Teknologi pemindai 4D pertama di dunia itu akhirnya dipatenkan di Amerika Serikat, dan lembaga paten internasional PTO/WO pada 2006.
NASA adalah lembaga luar yang pertama kali mengakui teknologi ini, dan kemudian memakainya meskipun masih tahap riset. NASA memakai teknologi temuannya itu, untuk mengembangkan sistem pemindai tumpukan embun di dinding luar pesawat ulang-alik.
Teknologi Warsito itu diperkirakan bakal membawa perubahan drastis dalam perkembangan riset dan teknologi. Jangkauannya luas mulai dari bidang energi, proses kimia, kedokteran hingga nano-teknologi.
Berikutnya Warsito dan timnya mengembangkan alat pembasmi kanker otak dan kanker payudara. Alat tersebut berupa teknologi pemindai atau tomografi kapasitansi listrik berbasis medan listrik statis (electrical capacitance volume tomography/ECVT).
Perangkat itu terdiri atas brain activity scanner, breast activity scanner, brain cancer electro capacitive therapy dan breast cancer electro capacitive therapy.
Penemuan ini berawal dari keinginannya menyembuhkan sang Kakak, Suwarni, yang menderita kanker.
Temuan Warsito itu ternyata berhasil. Dalam waktu sebulan setelah pemakaian, hasil tes laboratorium bahwa kakaknya negative kanker. Sebulan kemudian sang kakak, dinyatakan bersih dari sel kanker yang hampir merenggut nyawa itu.
Semua yang dicapai Warsito adalah hasil kerja keras. Hasil menekuni riset Tomografi sejak 1992, saat mengerjakan tugas S1. “Proses pengembangannya panjang, diikuti improvisasi terus menerus hingga saat ini”.
Sebuah pesan dari Warsito untuk generasi Iptek Indonesia: A man is contribution, what will yours be?
Sejarah diciptakan dengan kontribusi manusia. Maka selayaknya kita bertekad dan berusaha untuk berada dalam barisan manusia pencatat sejarah itu.

Oleh. Teh Heningger Septrianti (Fasilkom UI’05)
Tonton videonya dengan mengklik:

Diposting oleh Herman Siregar, Guru Sejarah SMA Negeri 1 Tanjungbalai dengan sebuah harapan akan membantu siswa/i SMA kelas XII IPA dalam memperlajari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia sesuai dengan tuntutan kurikulum sejarah kelas XII IPA semester genap. Semoga menginspirasi.

Perjalanan Saya Untuk Bisa Sembuh dari Pterigium

Perjalanan Saya Untuk Bisa Sembuh dari Pterigium

Pterigium adalah salah satu penyakit mata yang sebenarnya tidak berbahaya namun dapat menggangu penglihatan atau terasa kurang nyaman pada mata apabila kena sinar terik matahari, angin kencang, dan debu. Demikian penjelasan dokter setiap kali berkonsultasi tentang sakit mata yang dulu saya derita.

Awal dari sakit mata ini saya derita ketika kerja di sawah bersama orang tua pada saat terik di siang hari sewaktu masih duduk bangku SMU. Ketika itu ada benda kecil yang masuk ke mata saya, terus terjadilah iritasi. Awalnya saya pikir hanya iritasi biasa, sehingga hanya ditetesi dengan obat iritasi.

Ternyata iritasi pada mata saya yang sebelah kanan tak kunjung sembuh dalam kurun waktu yang cukup lama. Setelah masuk asrama (kebetulan saya sekolah berasrama) saya pun berobat ke dokter Mubin yang buka praktek di komplek sekolah Nurul’ilmi Padangsidimpuan setiap sore. Oleh beliau hanya dikasi tablet dan tetes mata, seperti pada umumnya kita berobat mata ke dokter, kata beliau sakit mata saya biasa saja.

Waktu terus berjalan, ternyata mata saya tak kunjung sembuh total, bolak balik kambuh. Sehingga saya pun memutuskan untuk periksa dokter spesialis mata di RSUD Padangsidimpuan. Yang mengagetkan diri saya waktu adalah tiba-tiba dokter bicara setelah memeriksa mata saya, “matamu ini tak bisa sembuh kalau tidak dioperasi”. Saya waktu itu sempat kaget rada-rada agak emosi. Saya tanya ke dokter, “apa tidak ada cara penanganan lain dok?” dia jawab “tidak” dengan singkat. Terus dia beri penjelasan tambahan bahwa tak usah dioperasi saat itu juga, “terus aja sekolah bahkan kuliah, insyaAllah tak ada masalah. Nanti setelah lulus kuliah, bekerja dan punya uang, kalau mau operasi, operasilah” demikian paparnya. Kalimat tersebut membuat saya sedikit terhibur. Dan sejak itu saya menganggap tak ada masalah di mata saya, dan akan diperiksa ulang setelah lulus kuliah nantinya.

Setelah lulus SMU, saya pun melanjutkan studi ke Unimed dengan program studi Pendidikan Sejarah. Selama menjalani kuliah, saya tidak merasakan ada gangguan yang berarti pada mata saya. Kendati terkadang kalau lelah, mata kena angin, debu, dan panas, terlihat merah pada mata yang sebelah kanan. Dan tak jarang kawan-kawan kuliah bertanya apakah mata saya sedang sakit? Saya jawab, itu taka pa-apa, hanya karena sedikit lelah, atau kena angin berdebu. Mereka pun mungkin mengira kalau mata saya sensitif kena iritasi.

Tahun 2008, Alhamdulillah saya lulus dari Unimed. Dua tahun sebelum lulus saya sudah mulai mengajar di SMA Swasta An-Nizam Medan. Di samping juga pernah jadi tentor sejarah di Bimbingan Belajar Dakwah USU dan Lembaga Pendidikan Primagama cabang Aksara Medan. Di tempat bekerja juga tak jarang kawan-kawan sejawat bertanya kenapa mata saya sering merah. Kadang-kadang kami kira kamu sedang marah, canda mereka waktu. Jawaban saya hampir sama seperti di atas waktu masih kuliah.

Waktu pun terus bergulir, desember 2008 saya dinyatakan lulus tes CPNS di Pemko Tanjungbalai untuk formasi guru sejarah di SMA. Terhitung mulai juli 2009 saya pun memulai karir baru sebagai guru di SMA Negeri 1 Tanjungbalai. Pertanyaan yang sama juga sering saya terima dari kawan-kawan guru di sekolah. Dan jawaban saya juga relatif sama dengan yang sebelum-sebelumnya.

Pertengahan Februari 2011, ketika saya mengikuti rapat kerja pengurus MITI Mahasiswa di Bandung. Salah seorang kawan pengurus MITI-M waktu itu, yang juga merupakan seorang dokter, Nanang Nurofik namanya. Pada saat istirahat sholat tiba-tiba bertanya ke saya, “mata pak Herman kenapa?”. Saya jawab “sakit, dan itu biasa”. Lantas dia bilang coba saya perikasa. Ini namanya pterigium pak. Dan dia pun cerita panjang tentang jenis penyakit mata saya ini serta cara penanganannya secara medis. Sejak itu lah saya tahu bahwa nama sakit mata yang saya derita selama ini adalah pterigium.

Sejak tahun 2011 sebenarnya saya sudah merasakan bahwa pterigium yang saya derita sudah mulai mengganggu penglihatan. Tapi untuk sementara waktu saya coba bersabar untuk tidak periksa ke dokter spesialis mata. Di samping pertimbangan dana juga butuh kesiapan psikologis.

Di akhir Nopember 2011, saya berpikir sudah waktunya untuk memeriksakan kembali mata saya ke dokter spesialis mata dan bertekad untuk segara berobat. Untuk mewujudkan tekad tersebut, saya pun pergi ke RSUD Dr.Mansoer Tanjungbalai untuk konsultasi ke dokter. Ternyata disana sudah tidak ada lagi waktu itu dokter spesialis mata. Oleh petugas Askes, saya disarankan agar ambil surat rujukan ke puskesmas Datuk Bandar, terus ke kantor Askes Tanjungbalai, baru berangkat ke RSUD Kisaran, disana katanya ada dokter spesialis mata. Saya pun mengikuti arahan petugas askes tersebut. Segala kelengkapan administrasi saya urus di Tanjungbalai kemudian berangkat ke RSUD Kisaran. Di luar dugaan saya, betapa buruknya pelayanan kesehatan di negeri ini. Wajar saja ada ungkapan, “orang miskin dilarang sakit”. Tiga hari lamanya saya harus pulang pergi ke Kisaran untuk menjumpai dokter yang dimaksud, karena lama tertahan oleh urusan administrasi yang berbelit-belit. Setelah ketemu dengan dr.H.Hasmui,SpM dia sarankan agar dioperasi, tapi jangan di rumah sakit tersebut, karena fasilitasnya kurang baik. Kalau mau berkorban uang, dia menyarankan agar dioperasi di Medan. Setelah konsultasi dengan beliau, saya pun diarahkan agar menemui dr.Debby Parwis,SpM di Medan (tempat praktik di depan SMA N 1 Medan).

Minggu pertama liburan semester ganjil anak sekolah, saya berangkat ke Medan untuk konsultasi ke dr.Debby Parwis,SpM. Tepatnya tanggal 6 Januari 2012, hari jum’at saya konsultasi ke dr.Debby Parwis,SpM. Dari penjelasan dokter ternyata pterigium termasuk penyakit genetis. Adapun angin, debu, panas terik matahari yang berlebihan seperti penjelasan yang banyak say abaca di internet hanyalah pemicu. Faktor dasarnya karena bawaan genetis tadi. Penderita pterigium ph air matanya di bawah tujuh (asam) sementara air mata yang nomal pada umumnya phnya di atas tujuh (basa). Dari konsultasi tersebut disepakati insyaAllah minggu depannya akan operasi dengan biaya dua juta rupiah. Namun di luar dugaan sabtu pagi, keesokan harinya saya dapat telpon dari kampung bahwa bou saya (adik ayah yang paling kecil) dibawa ke RSUD Padangsidimpuan karena kondisi kesehatannya memburuk. Hanya berselang beberapa jam kemudian, ternyata Allah telah memanggil beliau. Tidak ada pilihan bagi saya kecuali harus segera mempersiapkan diri untuk bisa pulang ke kampung (Tapsel) bersama keluarga yang berada di Asahan. Kondisi berduka ini ditambah keadaan keuangan yang belum memungkinkan menjadikan rencana operasi harus diundur untuk beberapa saat.

Rabu, 18 Januari 2012, tiga hari setelah masuk sekolah di semester genap. Saya menjumpai pegawai KPN SMA N 1 Tanjungbalai, kemudian menyampaikan rencana mau minjam uang untuk keperluan berobat. Beliau pun segera memprosesnya, Alhamdulillah hari itu juga langsung dana yang mau dipinjam bisa dicairkan. Keesokan harinya, kamis, 19 Januari 2012 bersama keluarga, kami pun berangkat ke Medan untuk menjalani operasi yang sudah direncanakan bersama dr.Debby Parwis,SpM.

Sehari setelah berada di Medan, tepatnya hari jum’at, setelah melaksanakan sholat isya’, niatan untuk melakukan operasi mata Alhamdulillah dapat terwujud juga. Operasi tersebut saya jalani di klik spesialis mata “ain” milik dr.Debby Parwis,SpM di daerah jalan S.Parman Medan. Operasinya tidak terlalu lama, hanya sekitar 20 menit. Setelah operasi kami langsung diperbolehkan untuk pulang ke penginapan. Keesokan harinya sekitar jam 10.30 perban mata saya dibuka dan diperiksa oleh dokter. Katanya tinggal cari kacamata hitam saja untuk mengurangi cahaya dan menjaga agar tidak kena debu. Perbannya bisa dibuka sendiri kalau kacamatanya sudah ada.

Setelah operasi tersebut saya diberi dua buah jenis tablet, masing-masingnya di makan tiga kali sehari. Serta tiga jenis obat tetes mata. Dua jenis ditetesi empat kali sehari dan yang satunya lagi delapan kali sehari. Kemudian dokter juga menuliskan resep tambahan apabila mata saya dempet setiap bangun tidur. Setelah dibeli ternyata obat yang dimaksud juga berbentuk tetes.

Saat ini insyaAllah dalam proses pemulihan. Semoga mata saya akan kembali sehat. Perjalanan ini memberi pelajaran penting bagi saya betapa besar nikmat penglihatan yang Allah berikan.

Oleh. Herman Siregar

Riset Ilmuwan MITI Berhasil Menemukan Alat Pembasmi Kanker Otak

Otak manusia (ilustrasi)

Riset Ilmuwan MITI Berhasil Menemukan Alat Pembasmi Kanker Otak

 

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Sekelompok ilmuwan CTech Laboratory, sebuah lembaga riset yang berafiliasi dengan Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI), berhasil menemukan alat pembasmi kanker otak.

“Ini sebuah terobosan di dunia kedokteran yang telah berhasil dilakukan ilmuwan Indonesia,” kata pimpinan tim peneliti CTech Laboratory, Dr Warsito P. Taruno, melalui surat elektronik di Bogor, Jawa Barat, Senin.

Ia mencaat, “Ini pengembangan alat dari riset kami di bidang tomografi, setelah alat pembasmi kanker payudara, kami berhasil mendesain alat pembasmi kanker otak.” Ia menyampaikan hal itu usai memberikan pemaparan dalam Temu Ilmiah Nasional Masyarakat Imuwan dan Teknolog Indonesia (Temilnas MITI) wilayah Sumatera Bagian Utara di Kampus Universitas Sumatera Utara, Medan.

Selain itu, dia pun mengemukakan, temuan tersebut menggunakan prinsip yang sama pada alat pembasmi kanker payudara, yaitu menerapkan metode radiasi listrik statis, temuan itu, kata dia, telah diujicoba oleh seorang pasien penderita kanker otak kecil.

“Alhamdulillah, setelah pemakaian dua bulan pasien dinyatakan sembuh total. Saya baru mendapat salinan hasil CT-Scan otak pasien oleh tim dokter rumah sakit,” kata Ketua Umum MITI itu.

Kesuksesan tim dari CTech yang didukung oleh perusahaan Edwar Technology ini dipaparkan dalam forum pertemuan yang dihadiri tidak kurang dari 1.500 peserta dari berbagai kampus di Sumut, Sumatera Barat dan Aceh.

Dalam seminar yang juga menghadirkan mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek), Suharna Surapranata, dan staf pengajar Universitas Sumatera Utara (USU), Dr Yani Absah, Warsito menceritakan proses terapi dari pasien penderita kanker otak kecil (cerebellum) yang saat pertama datang dalam kondisi yang mengenaskan.

“Karena otak kecil sebagai pengendali sistem motorik tubuh, maka pasien sudah tak bisa menggerakkan seluruh ototnya. Dia hanya bisa terbaring dan tak mampu bergerak, termasuk menelan makanan atau minuman yang diasupkan ke mulutnya,” katanya.

Tim peneliti kemudian merancang perangkat yang disesuaikan dengan diagnosis dokter.

Dalam terapi ini, Warsito menjelaskan, pihaknya memang bekerjasama dengan tim dokter ahli radiologi dan onkologi dari sebuah rumah sakit besar di Jakarta.

“Reaksi positif sudah kami peroleh dalam beberapa hari pemakaian. Pasien sudah bisa tersenyum dan sepekan kemudian sudah bisa menerima asupan makanan dan minuman dari mulutnya. Kondisi semakin membaik dalam waktu sebulan karena ia sudah bisa menggerakkan anggota tubuhnya. Dan, puncaknya, dua bulan setelah terapi, pasien dinyatakan sembuh total dari kanker otaknya,” katanya.

Ia mengatakan, metode radiasi listrik statis berbasis tomografi ini, sepenuhnya hasil karya anak bangsa yang bakal menjadi terobosan dalam dunia kedokteran.

Selain akan merevolusi pengobatan kanker secara medis, kata dia, juga akan meminimalisasi biaya yang harus dikeluarkan pasien atau keluarganya.

“Yang pasti ini akan mengubah metode pengobatan yang selama ini menggunakan radiasi berisiko tinggi dan berbiaya mahal,” katanya.

Warsito mengakui bila ini masih dalam taraf penelitian yang perlu dielaborasi lebih jauh. “Perlu kajian dan penelitian lebih lanjut. Mungkin ada hal-hal yang kami belum ketahui, khususnya dalam dunia medis,” katanya.

Sementara, mantan Menristek Suharna Surapranata menyambut baik temuan dari tim CTech dan MITI ini.

Menurut dia, perlu kajian lebih lanjut dan partisipasi banyak pihak yang berkepentingan guna mendapatkan hasil yang lebih baik.

“Kalau mendengar paparan beliau, saya kira ini satu hal yang luar biasa dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak, khususnya pemerintah. Juga para pemangku kebijakan dari bidang kesehatan agar hasil penelitian dan penemuan ini memberi manfaat seluas-luasnya kepada masyarakat Indonesia dan dunia,” demikian Suharna Surapranata.