Sejarah Asal Usul Nama Mandailing
Oleh. Hermansyah Siregar
Ada banyak pendapat yang menjelaskan tentang asal usul nama Mandailing. Beberapa pendapat tersebut umumnya masih bersifat hipotesa (dugaan) yang perlu diuji kebenarannya.
Salah satu sumber sejarah yang menyebutkan nama Mandailing di masa lalu adalah Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca yang ditulis pada masa kerajaan Majapahit.
Pada syair yang ke-13 dan 14 Kitab Negarakertagama dijelaskan bahwa pasukan Majapahit pernah melakukan ekspansi ke daerah Sumatera yang meliputi: , Jambi, Palembang, Darmasraya, Kandis, Kahwas, Siak, Rokan, Mandailing, Panai, Kampe, Haru, Temiang, Parlak, Samudra, Lamuri, Barus, Batan, dan Lampung yang terjadi sekitar tahun 1365 (pertengahan abad ke-14).
Selain dalam kitab Negarakertagama, nama Mandailing juga terdapat dalam Tonggo-tonggo Si Boru Deak Parujar, sebuah karya kesusastraan Toba-tua klasik. Sebagaimana telah diuraikan oleh Batara Sangti (Ompu Buntilan Simanjuntak) dalam bukunya yang berjudul “Sejarah Batak”.
Diantara bagian Tonggo-tonggo Si Boru Deak Parujar ini berisi:
“Sian Tano hondur, tano malambut, tano hulambu jati, sian tano padang bakkil bandailing, tano siogung-ogung; parsirangan ni tano, pardomuan ni aek; sian I ma dalan laho tu ginjang, partiatan ni Ompunta: Debata Natolu, Natolu Suhu, Naopat Harajaon tu banua tonga on”.
Artinya:
“Dari tanah lembah, tanah kelabu sejati, dari tanah bakil Mandailing, tanah yang termasyhur, bagaikan suara yang merdu, perpisahan dari tanah, pertemuan daripada air; dari situlah tangga jalan ke atas, perturunan daripada Empu kita: Debata Nan Tiga, Nan Tiga Segi, Nan Empat Kerajaan, ke benua tengah ini”.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa nama Mandailing sudah sejak lama ada, dan sangat masyhur (terkenal) di masa lalu.
Menurut Dada Meuraxa dalam bukunya “Sejarah Kebudayaan Suku-Suku di Sumatera Utara” ada beberapa pendapat yang menjelasakan asal usul nama Mandailing.
Pertama, ada yang berpendapat bahwa nama Mandailing berasal dari kisah Sibaroar (leluhur marga Nasution) yang Mandenya (ibunya) hilang, sehingga disebut Mandehilang, dan lama-kelamaan kemungkinan perkataan ini berubah menjadi Mandailing. Pendapat ini menurut dugaan penulis dapat hihubungkan dengan kisah yang menceritakan bahwa ayah Sibaroar merupakan Batara Pinayungan, anak raja Pagaruyung.
Pendapat yang agak mirip menceritakan bahwa di masa lalu banyak orang Minangkabau datang mengambil emas di daerah Mandailing sekarang. Pada suatu waktu ketika mendulang emas (mencari emas), ibu mereka ada yang hilang, dalam bahasa Minang disebut mande hilang. Kejadian ini tersebar kemana-kemana, sehingga lama-kelamaan daerah ini disebut Mandailing.
Pendapat kedua menjelaskan bahwa nama Mandailing berasal dari “mandalai” ada juga menyebutkan dari kata “manjalai”. “Mandalai” dalam bahasa Karo berarti merindu, sementara “manjalai” dalam bahasa Batak berarti mencari. Kata “mandalai” ada juga kemungkinan dari salah satu nama kota di Burma/Birma yakni Mandalay.
Pendapat yang ketiga, menurut G. Siregar Baumi (Gelar CH. Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam) dalam bukunya yang berjudul “Surat Tumbaga Holing” diceritakan bahwa nama Mandailing berasal dari kata “Mandulang”. Hal ini karena daerah Mandailing khususnya di sekitar aliran sungai Batang Gadis dikenal kaya akan emas. Banyak orang bekerja “mandulang sere” (mencari emas), atau terkadang hanya disebut dengan istilah mandulang. Dari kata mandulang ini lama-kelamaan berubah menjadi Mandailing.
Pendapat yang keempat, menurut Mangaraja Lelo Lubis, sebagaimana diuraikan oleh Z. Pangaduan Lubis dalam buku “Asal Usul Marga-marga di Mandailing”, bahwa berdasarkan cerita orang-orang tua, nama Mandailing berasal dari perkataan “mandala holing”. Pada masa lalu, Mandala Holing diyakini sebagai nama kerajaan di derah Portibi (Kabupaten Paluta sekarang) hingga ke Pidoli, Panyabungan.
Awalnya pusat kerajaan Mandala Holing berada di Portibi, kemudian dalam perjalanannya dipindahkan ke Pidoli. Pemindahan pusat kerajaan Mandala Holing ini diduga sebagai akibat desakan ekspansi pasukan Majapahit, sebagaimana diceritakan dalam kitab Negarakertagama.
Pendapat yang kelima, ada yang menyebutkan asal nama Mandailing dari perkataan Mandala Hilang, bukan Mandala Holing. Pada masa lalu, orang-orang Mandala (koling atau keling) pernah mendaiami daerah Mandailing sekarang. Ketika bangsa Melayu memasuki daerah ini, orang-orang Mandala pergi ke tempat lain. Sehingga lama-kelamaan sebutan itu berubah menjadi Mandailing.
Karena beberapa uraian pendapat di atas masih bersifat hipotesis (dugaan) yang umumnya didasarkan pada tradisi lisan di masyarakat tentu akan terus membuka ruang diskusi mengingat tradisi lisan terkadang dianggap lemah karena tidak memiliki “sanad” informasi yang jelas. Namun, ketika belum ada sumber sejarah lain, tradisi lisan tetaplah bisa dijadikan sumber informasi awal untuk mengetahui kehidupan di masa lalu.
______
Daftar Pustaka
Alam, Ch. Sutan Barani Perkasa. 2015. Surat Tumbaga Holing. CV. Mitra. Medan.
Lubis, Z. Pangaduan. 2010. Asal Usul Marga-Marga di Mandailing. Pustaka Widiasarana. Medan.
Meuraxa, Dada. 1973. Sejarah Kebudayaan Suku-suku di Sumatera Utara. Sasterawan. Medan.
Muljana, Slamet. 2011. Tafsir Sejarah Nagarakretagama. LKiS. Yogyakarta.
Sangti, Batara (Ompu Buntilan). 1977. Sejarah Batak. Karl Sianipar Company. Balige.
Zulhaida & Norma. 2011. Legenda Marga. Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provins Sumatera Utara.